1. Kelahiran Ide Mendirikan AlSalaam
Ide membuat Bank AlSalaam datang dari Bapak Amir Radjab Batubara (alm). Beliau seorang bankir dengan pengalaman panjang, diawali sebagai staf di BPD Jawa Barat dan berakhir sebagai CEO Citibank di Jakarta. Menurut keterangannya, ketika di Bandung beliau sering beraktivitas di Masjid Salman. Pada waktu bertemu dan berkenalan dengan Bapak Amir di Jakarta, beliau sudah pensiun dan aktif dalam gerakan para intelektual Muslim yang menggali dan mempopulerkan sistem ekonomi – keuangan Islam. Selaku ketua Yayasan Wakalumi (Yayasan Wakaf Alumni Citibank yang didirikan oleh sejumlah mantan bankir Citibank Indonesia), beliau memprakarsai pendirian Bank yang berlandaskan Islam. Menurut beliau, idealnya ada satu Bank yang Islami di setiap kabupaten yang mampu mengelola dana umat di kabupatennya secara independen. Berbeda dengan perbankan konvensional yang menerapkan sistem branch banking, perbankan Islami gagasan Pak Amir menerapkan sistem unit banking. Dengan demikian dana masyarakat setempat tidak diserap ke kantor pusat untuk dimanfaatkan hanya oleh para kapitalis yang berada di Jakarta. Sistem unit banking memungkinkan dana tetap berada di daerah untuk kepentingan masyarakat daerah itu juga. Model yang sesuai dengan konsep tersebut dan memenuhi ketentuan Undang-Undang perbankan waktu itu adalah Bank Perkreditan Rakyat (BPR). Pada beberapa pertemuan berikutnya, Bapak Amir dan timnya (Bapak Houtman Arifin, Bapak Zainul Bahar Noor, dll.) menguraikan apa dan bagaimana perbankan yang Islami itu, versus perbankan konvensional yang kapitalistik. Pada ujung rangkaian pembicaraan kami, Bapak Amir menyarankan agar alumni ITB aktivis Salman yang berada di Jakarta mendirikan satu BPR seperti yang digagasnya. Yayasan Wakalumi siap menyediakan SDM yang terlatih berikut sisdur perbankannya. Sulit kami menolak saran beliau; wajahnya yang ‘bening’ dan selalu tersenyum disetiap akhir kalimat, meyakinkan kami bahwa uraiannya jujur dan sarannya tulus untuk kemajuan ekonomi dan mensejahterakan umat Islam. Saran kami terima; tugas kami adalah mencarikan modal awal bank dan menyediakan prasarana fisik serta perizinannya.
Begitulah latar belakang kelahiran Al Salaam. Tidak ada yang istimewa; hanya satu yang mengherankan: kenapa pertemuan pertama saya dengan Bapak Amir bisa terjadi dan mengapa pembicaraan sampai pada topik perbankan Islam, yang pada waktu itu belum populer, bahkan agak tabu untuk kondisi politik saat itu? Sampai sekarang tidak jelas siapa yang mempertemukan dan memperkenalkan kami. Kalau saja pertemuan ini tidak terjadi atau pembicaraan tidak sampai kepada topik ‘bank Islam’ tentu tidak akan ada Bank Al Salaam.
2. Mengukuhkan Niat
Pada 9 Oktober 1991, 40 orang alumni ITB-aktivis masjid Salman menandatangani akta pembentukan Al Salaam di depan Notaris. Sejak saat itu upaya menyediakan segala persyaratan dan kebutuhan Al Salaam dimulai dengan intensif. Modal yg terkumpul hanya Rp 69,800,000, sedikit saja di atas syarat minimum peraturan Bank Indonesia. Menyusun sistem & prosedur perbankan selengkapnya dan merekrut serta melatih direktur dan staf inti, mulai dikerjakan oleh tim Wakalumi. Kesulitan terbesar menjelang beroperasi adalah pengadaan gedung berikut semua perabot yang diperlukan sebagai kantor bank. Penyebabnya ‘sederhana’: tidak cukup uangnya. Ketika harapan hampir putus, kami terhubung dengan seseorang yang memasang iklan mini di media menawarkan ruko miliknya di Cinere. Pembicaraan awal terasa kaku dan tidak terlalu memberi harapan karena harga sewa yang ditawarkan diluar jangkauan Al Salaam. Tanpa sengaja, setelah mengetahui nama-nama pendiri Al Salaam, pembicaraan tentang syarat kontrak ruko menjadi sangat cair. Beliau mengaku tidak ingin mengecewakan Bang Imaduddin (pemegang saham), yang adalah keluarga dekatnya. Pada pembicaraan lanjutan di ruko Cinere, dengan mudah dihasilkan kesepakatan yang jauh dari pertimbangan komersial; bahkan separuh dari nilai kontrak cukup dibayar dalam bentuk saham Al Salaam. Sebuah solusi yang tidak pernah terpikirkan dan nyaris mustahil.
Bagaimana dengan perlengkapan kantor, yang ternyata juga butuh banyak uang? Perusahaan tempat kerja salah seorang pemegang saham, baru saja pindah ke gedung baru dengan perabotan yang serba baru pula. Dengan senang hati pemilik perusahaan itu menyerahkan perabot lama dan beberapa unit desktop yang masih bagus kepada Al Salaam, cukup dengan membayar biaya memindahkannya ke Cinere. Ini juga solusi yang tidak terencana, datang tiba-tiba sebagai penyelamat harapan mendirikan bank yang Islami.
3. Al Salaam Mulai Berkarya untuk Masyarakat
28 tahun yang lalu, tepatnya tanggal 29 Februari 1992, PT BPR Amal Salman memulai kegiatannya sebagai bank perkreditan rakyat dengan upacara sederhana, dihadiri para pendiri dan sejumlah alumni ITB di Jakarta. Bapak Amir Rajab Batubara (alm) membuka acara dengan mengungkapkan ide dan harapannya; Bapak Achmad Noekman (alm), ketua YPM Masjid Salman–ITB, menutup acara dengan memimpin doa bersama seluruh hadirin, memohon kepada Allah SWT ridhlo Nya berikut bimbingan, perlindungan, pertolongan untuk keselamatan Bank Al Salaam. Upacara yang berlangsung di kantor pusat merangkap operasional Al Salaam di Cinere (sekarang kantor cabang), sekaligus menandai dimulainya Al Salaam melayani masyarakat dengan jasa-jasa perbankan.
Pada hari pertama Al Salaam memulai usahanya, dana yang tersedia di kas tidak lebih dari Rp 20 juta. Tidak seorangpun di antara Direktur dan 7 orang staf yang telah berpengalaman sebagai bankir; bahkan semuanya belum pernah bekerja (fresh graduate). Pengetahuan mereka mengenai manajemen bisnis dan tata-laksana perbankan hanya berasal dari training selama 3 bulan, inipun baru saja selesai. Dewan Komisaris beranggotakan 2 orang alumni ITB (yang juga tidak punya pengalaman sebagai bankir), dan Bapak Houtman Arifin (alm) yang mewakili Wakalumi sebagai Komisaris Utama. Ketiganya ikhlas bertugas layaknya sukarelawan.
Secara akal sehat, kapasitas SDM yang ‘hampir nihil-bank’ itu tidak akan mampu mempertahankan sebuah bank yang kondisi keuangannya begitu minim, bahkan untuk jangka waktu pendek sekalipun. Anehnya Al Salaam ternyata mampu bertahan. Selama kami mengikuti kehidupan Al Salaam, memang banyak sekali peristiwa “aneh, mengherankan, tidak direncanakan” yang telah terjadi, tetapi justru penting untuk kelahiran, keselamatan dan kemajuan Al Salaam. Tidak patut untuk menyebutnya sebagai “kebetulan”; selama ini kami mempercayainya sebagai peristiwa ghaib. Hanya Allah SWT Yang Maha Tahu.
4. Setelah 28 Tahun Melayani Masyarakat
Alhamdulillah, setelah 28 tahun berlalu, kita dapat menyaksikan kehadiran 10 kantor cabang Al Salaam di Jabodetabek dan Bandung, beroperasi dengan lancar, menjalankan fungsi-fungsi perbankan berdasarkan syariah Islam. Modal disetor telah meningkat menjadi Rp 13,8 milyar dengan pemegang- saham sebanyak 153 orang alumni ITB / jamaah masjid Salman. Selama 28 tahun itu tidak terbilang banyaknya anggota masyarakat yang telah mempercayakan pengelolaan kebutuhan atau kelebihan dananya kepada Al Salaam. Menurut penilaian Otoritas Jasa Keuangan / Bank Indonesia, kondisi keuangan Al Salaam berada dalam keadaan SEHAT dari tahun ketahun. Tidak berlebihan bila dikatakan bahwa raihan kinerja ini “mematahkan” perkiraan akal sehat 28 tahun lalu.
Kinerja yang menggembirakan itu adalah bukti bahwa semua tim pengurus, baik yang dahulu atau sekarang memimpin Al Salaam, bersama jajaran manajemen dan seluruh karyawannya, telah bekerja dengan baik sesuai amanah kepada masing-masingnya. Kita sampaikan penghargaan dan terima kasih, berikut doa semoga Allah SWT menerima karya mereka sebagai amal-ibadah dan menjadi pahala bagi mereka di akhirat kelak. Kepada Yayasan Wakalumi, kita haturkan juga penghargaan dan terima kasih karena jasanya di bidang SDM dan penyusunan sisdur masih bermanfaat sampai sekarang. Doa kami bagi Bapak Amir Radjab Batubara (alm) selaku pencetus gagasan, dan Bapak Hotman Arifin (alm), yang pada tahun-tahun pertama telah mengawal Al Salaam sebagai Komisaris Utama; semoga Allah SWT menempatkan keduanya di tempat yang terindah disisiNya.
5. Allah SWT Hadir di Al Salaam
Bagaimana dengan peristiwa-peristiwa “aneh, mengherankan, tidak direncanakan” yang telah terjadi tetapi sangat penting dalam kehidupan Al Salaam ? Peristiwa-peristiwa yang ghaib dan juga kinerja yang menggembirakan itu, kita yakini hanya mungkin terjadi karena kehendak Yang Maha Kuasa. Itulah bukti kehadiranNya di Al Salaam; Ia telah memberikan petunjuk, kekuatan, pertolongan dan perlindungan kepada kita semua; tanpa henti sejak gagasan lahir sampai sekarang. KepadaNya kita persembahkan sebanyak-banyak puja dan pujian atas karuniaNya yang berlimpah itu. Sama-sama kita memohon semoga Allah SWT tetap hadir di Al Salaam untuk selama-lamanya. Marilah kita jaga Al Salaam selalu bersih; tidak tercemar oleh niat dan perbuatan kotor dari siapapun. Kita perlakukan Al Salaam layaknya sebuah mesjid milik Allah SWT; tempat hamba-hambaNya datang dengan niat hanya untuk beribadah kepadaNya.
Catatan-Bahder-Munir-Sjamsoeddin
Jakarta, 3 Maret 2020,
Bahder Munir Sjamsoeddin
Pemegang Saham Pengendali Bank Syariah Al Salaam